Monday, July 6, 2015

Liburan ke Wroclaw, Polandia

 
Jumat, 22 Mei 2015

Liburan kali ini kami mengunjungi teman S3 suami di Wroclaw, Polandia. Perjalanan dengan menggunakan Polski Bus dengan tiket seharga 8 euro ini tidak terlalu melelahkan. Memang sih perjalanan hanya memakan waktu 5 jam (sama seperti jarak dari tempat kerja saya dulu ke kota), tapi perjalanan ini lintas negara, jadi jangan lupa selalu membawa paspor dan identitas diri sebab bisa saja ada pemeriksaan seperti yang kami alami kemarin. Kami naik dari terminal Berlin. Suasana terminal di Indonesia dan di sini menurut saya sama saja. Cuma terminal di Berlin ini sedikit lebih kecil dan lebih bersih. Bus yang ada pun hampir sebagian besar terdiri dari 2 tingkat. Tempat duduk yang paling menyenangkan adalah yang ada di atas dan paling depan sehingga bisa melihat pemandangan, sayangnya kami selalu kalah cepat. Di bagian bawah, ada kamar mandi, bagasi dan 2 pasang tempat duduk yang disertai meja seperti di kereta bagian restorasi. Wifi (meskipun saat itu tidak bisa terhubung) dan stop kontak untuk charging pun ada. Makanya kami heran, dengan harga bus yang rendah tersebut bagaimana dengan biaya operasional armada bus-bus ini ya. (Rata-rata harga bus di sini murah).

Tahu tidak, ternyata daerah Wroclaw ini sebagiannya, dahulu adalah milik Jerman yang akhirnya diberikan kepada Polandia. Jadi tidak heran saat tiba di Terminal Wroclaw terpampang tulisan dalam bahasa Jerman di atas terowongan. Hal yang saya agak keliru ternyata adalah cuaca. Saya mengira cuaca di Wroclaw sedikit lebih dingin daripada di Berlin meskipun sudah memasuki musim semi, tapi ternyata di sini lebih panas. Jadi, hampir sebagian besar baju yang saya bawa tidak terpakai karena tebal.

Teman suami (sebut Theresa) berangkat belakangan karena menunggu kawannya yang datang dari Amerika  untuk liburan juga sehingga sampai di Polandia kami akan dijemput oleh ibunya di cafe kesukaan keluarga mereka, cafe etnik dengan berbagai hal yang alami sambil bisa membaca. Setelah setengah jam menunggu si ibu datang.

Jangan lewatkan kunjungan di Kathedral
Setelah Theresa dan temannya datang, kami mulai berjalan menuju kawasan religius,tepatnya kawasan ini merupakan suatu pulau yang ibaratnya merupakan "wilayah kekuasaan" Kathedral dengan perumahan di sekelilingnya yg ditempati oleh orang-orang yang religius (baca:beragama). Mengunjungi kawasan Kathedral ini wajib hukumnya bagi saya karena hampir sebagian besar objek di dalam wilayah Kathedral ini menyimpan mitos dan legenda yang menarik untuk didengarkan.

Dulu saat peperangan, beberapa bangunan didalamnya sempat hancur meskipun akhirnya direnovasi kembali. Dalam wilayah kathedral ini ada beberapa gereja Orthodoks dan Catholic yang berdiri berdampingan serta rumah tempat tinggal Bishop, taman botanical dan Kathedral sebagai pusatnya.
Di pintu depan Kathedral, kita bisa melihat sejarah pembangunan Kathedral yang dimulai abad ke-10 (tahun 1000). Sayangnya dalam bahasa Polandia (susah). Sayangnya kami tidak bisa masuk ke dalam dan melihat bunker di bawah Kathedral karena sudah jam 21.00. Tapi, syukurnya kami datang di saat yang tepat saat seorang penjaga berjubah menjalankan tugasnya untuk menghidupkan lentera di jalan (seperti masuk ke alam Harry Potter).

Sempat mencicipi keju tradisional Polandia

Jembatan masuk ke wilayah Kathedral dan pagar-pagarnya yang penuh dengan gembok

Salah satu foto yang menggambarkan saat perang dunia

Patung air mancur ini pun mempunyai legenda tentang "Malaikat Botak"

Rumah Bishop

Petugas yang menghidupkan lampu tepat saat matahari tenggelam

Kathedral dan kisahnya
 
Ini pun punya cerita

 
Kepala St. John yang dipenggal
"Malin Kundang"nya Polandia
Ada banyak legenda di kawasan ini. Yang paling menarik dan berbekas di ingatan adalah legenda tentang kepala dengan mimik muka yang tampak seperti ketakutan (orang berteriak) di dinding selatan Kathedral.

Pada zaman dahulu, ada seorang pemuda yang jatuh cinta pada seorang gadis cantik, anak saudagar kaya (ada yang bilang anak tukang emas). Suatu hari dia menemui ayah si gadis untuk menyampaikan keinginannya menikahi si gadis tersebut. Namun saudagar tersebut menolak dan mengajukan syarat "dia boleh menikahi anak gadisnya asalkan dia bisa membawa uang yang banyak ke hadapannya". Sayangnya, bukannya bekerja keras, si pemuda ini memilih cara paling cepat untuk mendapat uang dengan cara merampok dan mencuri.
Singkat kata, si pemuda akhirnya mempunyai uang yang banyak. Datanglah dia kembali ke hadapan si saudagar dan bermaksud menikahi anaknya. Si saudagar yang tahu kalau si pemuda ini mendapatkan uangnya dengan menjadi pencuri, tentu saja menolak kalau anak gadisnya dinikahi oleh seorang yang bersifat jelel. Penolakan saudagar ini membuat si pemuda marah dan berkata "kalau dia tidak bisa menikahi anak gadisnya maka orang lain pun tidak bisa menikahinya". Saudagar dan anak gadisnya dikunci didalam rumahnya dan si pemuda membakar rumah tersebut. Seperti orang yang kerasukan setan, si pemuda lari ke dalam kathedral dan naik ke lantai atas, hendak melihat bagaimana rumah saudagar tersebut terbakar. Sebagai tempat yang suci, kathedral tersebut tidak mengizinkan si pemuda berada di dalamnya. Tanpa pemuda tersebut sadari, jendela tempat dia melihat tersebut mengecil dan berubah menjadi batu bata dan akhirnya menjepit kepala pemuda tersebut. Teriakannya justru dikira teriakan si saudagar yang akhirnya didengar oleh warga dan berhasil mengeluarkan si saudagar dan anak gadisnya dari rumah yang terbakar. Si pemuda itu sendiri, berangsur-angsur berubah menjadi batu dalam mimik muka berteriak ketakutan karena ajal yang menjemputnya.

Untuk lebih lengkapnya legenda di Kathedral Island baca disini

Market Square
Perjalanan kami lanjutkan ke Market Square, kawasan ini bisa dibilang seperti area bermain di halaman yang luas dan area kuliner. Saya sendiri jarang melihat toko-toko yang menjual baju, tas, sepatu, dll layaknya sebuah pasar. Hanya ada toko suvenir dan kawasan galeri yang terletak di kawasan gang sempit yang terkenal "Jatski". Rupanya kami membutuhkan 2 kali kunjungan untuk mengeksplor Market Square ini.
"Jatski" di dalamnya banyak galeri

Galeri di Jatski
 Kunjungan kedua ini kami bisa melihat sebuah gereja kuno St. Elizabeth dengan menaranya yang tinggi dan dari menara yang tinggi ini kalian bisa melihat Wroclaw keseluruhan. Sayangnya, ada si kecil dengan kinderwagennya, akhirnya kami membatalkan untuk naik. Market Square ini dikelilingi oleh wohnblock yang berwarna warni dengan air mancur terletak di tengahnya. Kita juga bisa menikmati kuliner serta bermacam toko yang menjual pernak-pernik Polandia.
St. Elizabeth dan menaranya

Warna-warni Market Square












Kemudian kami berjalan ke pojokan gereja dan melalui sela antara 2 bangunan dan begitu saya berbalik, saya ingat ini adalah Hansel dan Gretel yang terkenal.

Kalau kita memarkirkan mobil di dekat gereja di luar Market Square, kita akan bisa melihat plakat yang mengelilingi gereja yang menceritakan sejarah Wroclaw.
Universitas terbaik di Wroclaw (membatasi Market square)
Taman yang sebenarnya di larang untuk minum bir (saat menuju market Square)

Makanan Halal di Wroclaw, Polandia
Tidak banyak muslim di negara ini mengakibatkan sulit mencari restoran halal. Tapi kami menemukan 1 restoran Turki halal di kawasan Market Square ini. Tokonya jadi 1 dengan masakan china.
Satu-satunya restoran halal di Market Square yang ketemu
Makanan khas Wroclaw. Seperti kue pastel dari tepung yang dikukus dan isi di dalamnya bisa macam-macam

Salah satu restoran dengan perhitungan harga = per gram daging T_T
 Patung Dwarf dan lainnya

Yang satu ini tidak ketinggalan. Patung para kurcaci yang tersebar di seluruh kota.
Setiap patung menggambarkan hal yang berbeda
Patung yang menceritakan penyelamatan terhadap arsip-arsip saat banjir besar di Wroclaw

1 comment: