Monday, July 20, 2015

Liburan...Edisi Maroko part 1

 
Medina, Kota Tuanya Fez
Bebas dari segala pemeriksaan kami harus mencari kendaraan menuju Medina, kota lama Fez. Ada 2 pilihan dari bandara ke Medina:naik bus dengan ongkos 4 dirham per kursi sampai di stasiun kereta dan bus (lamanya 40 menitan) atau naik taxi sampai di tempat. Karena awalnya kami tidak tahu di mana harus menunggu bus dan tidak melihat penampakannya, jadilah kami menawar taxi. Berdasarkan standar tarif sih harga taxi 150 dirham (kurs 1 euro=±10 dirham), tapi kami ilfil lagi karena ternyata si bapak taxi membawa penumpang lain, seorang ibu-ibu. Akhirnya kami menawar 120 dan si bapak tetap kekeuh, ya sudah kami tinggal saja dan hahay, si bapak kembali memanggil tanda setuju. Taksi bandara ini tidak sama dengan taksi dalam kota alias Petit Taxi. Pada saat pulang nantinya, kami sempat bertanya ke bapak Petit Taxi bisa ngga bawa kami ke bandara, dia bilang sih sanggup. Kenyataannya, kami di oper ke kawannya yang benar-benar supir bandara. Tapi sebelumnya kami pastikan dulu bahwa tidak ada biaya tambahan diluar kesepakatan awal.
Awal mendarat
Pintu luar bandara

Tarif taxi
Pemandangan sepanjang jalan hampir sebagian besar diselimuti warna kuning alias pasir dan debu dan sepanjang perjalanan banyak kebun jeruk yang akhirnya baru kami ketahui kalau jeruk ini jadi minuman yang paling banyak dijual. 15 menit kami melewati kawasan yang bisa dibilang sederhana dengan toko-toko dan rumah yang bisa dibilang jelek, 15 menit kemudian kami sepertinya melewati kawasan elit Fez dengan bangunan rumah yang luas, pagar tertutup dan mobil di garasinya. Agak kontras memang. Yang menarik, atap rumahnya datar baik yang elit maupun yang sederhana.
Kebun jeruk sepanjang perjalanan

Kawasan elit di Maroko (lihat atapnya)
Setelah mengantar si ibu, sampailah kami di tempat yang banyak orang di depan sebuah bangunan tinggi. Ternyata itu yang namanya Medina (kota tua)nya Fez. Saat itu sedang ada festival musik, jadi banyak warga lokal keluar menyaksikan. Rame banget. Taxi berhenti di depan sebuah gerbang berwarna biru....Blue Gate (Bab Boujeloud).



Bab Baujeloud

Kami menginap di Dar Fatimah Azzahra (nomor 115) dengan tarif 100 euro untuk 5 hari. Lokasinya tidak jauh dari Hotel Boujloud yang direkomendasi situs perjalanan. Pemiliknya, Fatimah Azzahra cukup ramah dan menyediakan teh mint saat pertama kali datang. Fatimah ini mempunyai 3 anak laki-laki, si Mehdi dan 2 adiknya. Sarana yang ada di penginapan ini wifi dan sarapan pagi. Untuk pertama kalinya saya benar-benar mencicipi roti maryam yang enak, asli dari masyarakat berbahasa arab. Penyajian teh mintnya sendiri di bilang unik. Jangan- coba pegang di teko tanpa alas karena sepertinya teh tersebut dimasak langsung dengan teko di atas kompor. Oiya, yang lebih enak lagi, saya bisa numpang nyuci pakaian dan njemur, bahkan si ibu yang membantu masak di Dar Fatimah Az-zahra ini menawarkan pengering mesin cuci. Jadi bisa saya rekomendasikan penginapan ini. Cuma mungkin jalan masuknya agak njelimet tapi nggampang untuk diingat.
Sarapan pagi kami dari hari ke hari

Foto yang memperlihatkan cara menuang teh ala Maroko
Oiya, jika ingin berwisata murah dari awal mending peta tentang Morocco sudah diprint termasuk tempat penginapan. Hampir kebanyakan orang-orang yang bersedia mengantarkan dan memberi petunjuk jalan (pun hanya menunjukkan tempat penginapan) meminta upah atas "jasa" mereka, termasuk saat menunjukkan penginapan yang sudah kami booking. Saat kami memberi 5 dirham pada si pemuda, dia menolaknya. Menurutnya hanya untuk anak kecil. Karena tidak punya uang yang lebih kecil lagi, akhirnya kami memberi 20 dirham. Sejak ini, kami sering menolak kalau ada yang bersedia mengantarkan kecuali dia bilang gratis. Meskipun gratis, ternyata tetap ada embel2nya mis. Dia punya toko dan meminta kita membeli barangnya.

Identik 100 dirham
Karena sudah hampir malam, kami bermaksud untuk meminta makan malam dan bertanya harganya. Si Mehdi langsung bertanya pada ibunya dan tebak berapa harganya? 100 Dirham. What...g jadi deh, mending beli di restoran luar jelas ada harganya dan g sampai 100 untuk 2 orang. Kayaknya orang-orang lokal ini melihat para turis sebagai tambang emas deh, 3 cewek yang juga menginap di sini tertarik memakai jasa heena tetangga si Fatimah. Tebak harganya berapa? 100 dirham per orang. Jadi, kami sering buat bercandaan, kalau ada apa-apa, 100 dirham. Wkwkwk
Henna...bagus ya

"Sedekah"
Kami ini lagi backpackere-an jadi benar-benar mencari yang murah. Daripada menyewa jasa tour guide dengan harga minimal 150 Dirham, mending kami eksplorasi sendiri berbekal peta. Kalau ada yang menawarkan jasa atau menawarkan restoran pake 2 senjata, kabuuur atau menolak halus. Di sini benar-benar deh, kami sempat pergi ke salah satu masjid, si bapak penjaga masjid yang baik dan ramah menunjukkan tempat wudhu perempuan padaku.  Saat kami akan pulang, seorang bapak yang dari tadi berdoa menyuruh kami untuk berhenti sejenak dan mendoakan kami. Saya yang tidak ada pikiran apa-apa sih senang-senang saja. Eh ternyata di akhir doa, si bapak minta "sedekah" dan bapak penjaga yang baik juga ikut-ikutan. Ealah...

Kalau kalian berbaik hati, ada banyak pengemis yang juga meminta sedekah termasuk mbah-mbah tua. Oiy, kalau mau memotret barang-barang yang dijual ataupun mau memotret orang-orang Morocco sebaiknya dilakukan secara cepat ataupun g ketahuan. Biasanya mereka juga meminta sedekah. Saya yang hanya punya kamera hp, jadi agak kesulitan karena ini hp lama banget loadingnya. Eh pas berhasil memotret si penjual minuman tradisional, dia meminta sedekah karena saya memoto dirinya.

Indah tapi Tidak Terawat
Mengunjungi setiap bangunan Madrasah, museum, dan masjid di Fez ini membuat saya tidak berhenti berdecak, mengagumi keindahan arsitekturnya sekaligus mengelus dada karena banyak yang tidak terawat. Di salah satu madrasah terlihat ada dinding yang kelihatannya habis direnovasi tapi renovasinya menghilangkan ukiran kaligrafi. Khas peninggalan Islam dahulu setiap bangunannya penuh dengan ukiran dan kaligrafi. Indah banget, sayangnya ya itu tadi tidak terawat dan kotor. Ga bisa bayangin berapa lama untuk pembangunan 1 bangunan. Menurut cerita suami, 1 dinding batu dengan ukiran seperti ini bisa memakan waktu 3 bulan. Belum mozaik di lantai dan didinding yang ditempel satu persatu. Saya akan ceritakan detail perjalanan kunjungan ke bangunan ini satu persatu.


 

Lihat ukirannya...sangat detail


Kuliner
Banyak restoran yang menawarkan makanan khas Morocco plus suasana khas Morocco, tapi sepertinya harga sudah mulai ikut-an harga di Eropa, >5 euro untuk 1 menu. Kami sendiri memilih eksplorasi ke pinggiran dan memilih penjual yang kira-kira "baik dan jujur". Ternyata harga Khobz (roti khas Fez) yang diisi makanan lain di pinggiran cuma 7,5 dirham sedangkn yang diluar-luar 10 dirham. Kue-kue khas Ramadhan sudah mulai banyak dijual dengan harga 10 dirham untuk 5 biji. Oiya saat sarapan si Fatimah menyajikan (roti maryam yang besar) plus madu dan keju. Kami membeli harira (soup kacang khas Fez) di pinggiran dengan harga 5 dirham per biji yang disajikan dengan khobz. Saya benar-benar kangen nasi di sini...:(. Biasakan bertanya harga dan mengecek uang kembalian. Menurut review yang kami baca, ada "penjual nakal" yang menarik harga lebih mahal kalau tidak bertanya lebih dahulu dan penjual yang memberi uang kembalian tidak sesuai seharusnya. Oiya, Maroko punya makanan yang disebut sandwich. Tapi bukan memakai roti tawar melainkan roti khas arab yang berlubang di dalamnya. Topping di dalamnya bermacam-macam, mulai dari daging beraneka ragam plus jeroan sampai sayuran tergantung pilihan. Ada satu topping daging yang dihitung harganya dengan menimbang dan rasanya memang enak. Kami beli pada saat perjalanan ke Bab Guissa (sepertinya memang khusus sandwich yang enak ada didaerah ini. Selebihnya rasanya biasa dan hati-hatilah kalau perut anda termasuk sensitif, kadang daging tidak dibakar secara matang menyeluruh.

Kue Ramadhan
Nasi bungkus ala Maroko alias sandwich
Omelet Maroko
Beraneka ragam olahan dari zaitun
Nasi di Maroko :(

Saat berkunjung di pasar ini kami melihat 2 orang turis dengan 1 guide yang memakai baju dengan tulisan "cooking class". Iya, kalau tertarik mempelajari kuliner Fez, bisa cari di internet info paket tersebut.
Yang tidak kami lupakan adalah joghurt khas Maroko yang rasanya luar biasa enak,seperti makan agar-agar. Langsung nggeloyor ke tenggorokan. Meskipun lama-lama bau-bau khas binatang mamalianya terasa.
Penjual joghurt. 1 mangkuknya 3 dirham

Lebih Murah tapi Jangan Terjebak
Untungnya ada si Mehdi, kadang kami bertanya harga sebenarnya tapi kami tidak terlalu banyak bertanya sih, takut banyak balas budinya.hehe. Harga jagung bakar hanya 3 Dirham, padahal kata si supir taxi bandara tersebut 6 euro. Potong rambut untuk orang lokal cuma 50 dirham jadi kalau ada yang menawarkan lebih jangan mau ya (lebih murah 3-5 euro dibanding di Berlin). Saya sempat membeli 2 Pashmina dengan harga @4,5 euro (saya kurang tahu harga lokalnya), cuma suami yang pernah membeli pashmina yang sama di Eropa harganya @7 euro, jadi lumayanlah bisa hemat 3 euro.

https://www.journeybeyondtravel.com/news/wp-content/uploads/2012/12/Fez-Medina-Map.jpg
Sebenarnya peta yang kami pegang lebih bagus dari peta ini, tetapi belum di scan


Pasar di dalam Bab Baujeloud

The last, ada paket mengunjungi Gurun Sahara. Karena pertimbangan si kecil kami tidak melakukannya tapi bisa cari infonya di internet ya.









15 comments:

  1. terima kasih sharingnya, jarang2 ada yg liburan sampe maroko, btw, si kecil umur berapa di ajak ksana?

    ReplyDelete
  2. thanx sudah baca ya :). waktu itu umur 22-23 bulan

    ReplyDelete
  3. Menarik Maroko ya mbak. Kalo kesana berarti musti nyiapin duit receh/ sedekah buat kalo mau tanya2 sama warga lokal ya?

    ReplyDelete
  4. Wah tertarik nih mba berkunjung ke marocco,apalagi ke ifran nya

    By the way sepertinya mba isi tulisannya agak sedikit kesel dengan marocco yah,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi salam kenal. Seru kok kesana, apalagi kalau bisa ke kota lain.
      Tersirat kesal ya.hehe. Bukan kesal kayaknya tapi miris karena peninggalan Islam yg indah tidak terurus benar dan mental orangnya. G menyalahkan sih. Semua karena ekonomi.
      Tapi kita sih bisa ngatasi kayaknya krn suasana dan mental masy mirip di Indonesia

      Delete
  5. salam kenal mba Anne...seneng bisa baca tulisan mba Anne..mba kapan ke maroko lagi...saya rencana kesana awal Mei...karena pertama kali saya pengen nyari temen.hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi mba, saya jg berencana ke maroko tahun ini. Mba rencananya bulan apa?

      Delete
    2. Wah seru ya,kalau janjian travelling bareng. Sayangnya belum bisa karena ada Baby.Bagaimana,Sudan ke Marokko?Pengalamannya juga di share juga ding? :)

      Delete
  6. Salam Kenal juga. Dalam waktu dekat sih belum ada rencana bepergian.
    Kalau suka dengan bangunan Kuno dan sejarah Islam,Marokko bisa jadi Salah Satu pilihan. Ajak teman yang lain,akan sangat menguntungkan kalau bisa bahasa Arab:)

    ReplyDelete
  7. Masya Allah tulisannya kereen sista..

    Yang mau ke Morocco saling kontak yuk, kali aja kita bs pergi bareng


    Sy Amanda

    WA : +6285973017059

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah,pengen lagi sebenarnya ke Maroko karena belum ke Marakesh. Sayangnya saat2 ini harus ditunda dulu :(

      Delete
    2. Mba Amanda kira2 kapan rencana ke maroko?
      Bisa kontak2an mba saya 087880001041 :)

      Delete
  8. Salam. Kami bercadang untuk ke Morocco Dan Andalusia October ini

    ReplyDelete
  9. ada alamat situs yg ngasih info hostel murah ya....saya mau ke maroko rencananya akhir Januari 2017

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba cek airbnb. Waktu di penginapan disitu sy ktmu dg pihak airbnb yg lg survei. (Cat:penginapan sy ini homestay yg dikelola org org biasa bkn pengusaha,JD sptnya sasaran airbnb jg spt itu)

      Delete