Monday, July 20, 2015

Liburan...edisi Maroko part 2

Fez el Jadid

Hari ke 3 di Fez, sebenarnya membuat kami bingung akan kemana karena sebenarnya kalau kalian aktif bangun pagi dan eksplorasi sampai malam, dalam 2 hari saja sudah bisa mencapai seluruh Fez al Medina sehingga bisa dilanjutkan ke kota lain di Maroko yang tidak kalah indahnya.

Banyak lho kesamaan dengan di Indonesia. Berhubung budget pas-pasan dan g mo capek apalagi bawa si kecil, kami agak nyantai saja untuk eksplorasi Fez. Hari ini kami rencana ke Fez el Jadid, kota barunya Fez. Meskipun di bilang baru, umur kota ini pun sudah lama. Berbeda 800 tahunan dengan Fez el Medina.
Berangkat dari penginapan dengan Petit taxi tarif 20.4 (menurut suami seharusnya 10.4, tapi si supir mungkin agak nakal, jadi dari awal berangkat sudah terstel 10 dirham). Sopir taksi nakal --- persamaan 1

Mencari Wisata Warga Lokal
Dari yang jauh dari turis dan biasanya banyak dikunjungi warga lokal adalah sasaran kami. Kami berpikir kemungkinan bisa dapat harga lebih murah. Kami turun di Avenue Hassan II (jalan utama), di antara 2 jalur ada taman besar yang sepertinya dipakai warga lokal untuk cuci mata. Suasananya sama seperti di tanah air, taman kota begini dipakai oleh warga lokal untuk bersantai, muda-mudinya ada yang asyik berduaan. Mallnya menarik orang untuk datang meski harga makanan seperti fast food jauh lebih mahal daripada kedai dan restoran lokal -- persamaan ke-2

Tapi, justru di tempat ini kami bisa makan makanan Maroko sepuasnya. Soal harga ternyata tidak terlalu berbeda jauh dari di Medina, hanya sekitar 10-20 dirham. Selama makan ini, kami selalu dilihat oleh 1 keluarga pengemis yang tampak kurus. Ya, banyak juga pengemis di Maroko ---persamaan ke-3
Tapi, ada juga yang lebih berusaha daripada mengemis biasa, yaitu menjual tissue.

Secara personal, orang-orang Maroko hampir sama dengan di Indonesia, ramah ---persamaan ke-4 dan mereka suka dengan anak kecil. Hati-hati bagi ibu-ibu higienis yang punya balita lucu. Mereka kadang tidak segan, pegang-pegang dan mencium si anak lho.
Dari Fez el Medina kami turun di Ave Hassan II dengan taman di tengah jalan

Tentara berjaga-jaga dan Kebiasaan Bapak-bapak di Maroko
Nah ini yang agak menakutkan, di Fez el Jadid ini sering saya lihat 3 orang tentara berjaga-jaga membawa senapan. Mungkin sebenarnya polisi ya, tapi seragam ala tentara Indonesia dan senapannya itu lho yang membuat merinding, takut salah sasaran (lebay.com).
Yang khas lagi adalah kebiasaan bapak-bapak di Maroko yang sering kumpul dan duduk santai di kafe-kafe sambil mengobrol dan minum kopi khas Maroko, kopi disajikan dalam wadah kecil dan disajikan setengahnya karena kental dan rasanya kuat. Bagi suami yang penggemar kopi, rasanya mantap.


Kuliner, di sini tempatnya
Harganya agak miring sedikit dibanding di Fez el Medina tapi porsinya itu lumayan. Menariknya sate ala Maroko ini tidak ditusuk dengan batang bambu melainkan besi yang panjang. Pelengkapnya salat dan tentu saja roti. Di dalam salat itu ada buah berwarna ungu mirip ubi jalar yang rasanya manis.  Selain itu kami juga mencicipi torte alias kue dan es krimnya  Maroko serta ayam panggangnya.

Kebiasaan bapak-bapak berkumpul
Menelusuri pasar di Fez el Jadid

Taxi dalam kota (Petit Taxi), barang diletakkan di atas, tidak ada bagasi belakang
 
Halte bus yang cuma papa
Peta wisata Fez el Jadid

Palais  Royal
Tampak depan dan pintu samping

Bab Lamar (sudah hancur sebagian)

Place Moulay Hassan. Di dalamnya adalah pasar, mulai dari pakaian, sepatu, makanan, barang-barang rumah tangga







No comments:

Post a Comment